Memasuki Prapaskah V, kita memusatkan perhatian pada persiapan batin melalui penerimaan Sakramen Tobat. Seluruh upaya kita untuk membangun hidup paguyuban, memupuk kepekaan hati dan semangat berbagi serta upaya kita membina tanggungjawab bersama akan membawa buah melimpah jika disertai kesediaan kita untuk membaharui diri. Melalui penerimaan Sakramen Tobat kita menyatakan kesediaan kita untuk pembaharuan hidup.
Sakramen Tobat kita hayati pertama-tama sebagai rahmat kerahiman Allah. Sakramen Tobat merupakan tuntunan dari Roh Kudus untuk membawa kita kembali kepada persatuan mesra dengan Allah. Ia membisikan ajakan kepada hati kita dengan berbagai cara agar kita berpaling kembali untuk menjadikan Allah sebagai segala-galanya dalam segala sesuatu dalam hidup kita.
Sakramen Tobat selanjutnya kita hayati pula sebagai buah dari doa-doa Gereja, yang mendambakan agar seluruh umat senantiasa hidup ktdus dan layak di hadapan Allah. Fereja sebagai kesatuan seluruh umat beriman tak henti memohon kepada Allah rahmat pengampunan karena percaya Allah maha rahim dan murah hati untuk mengampuni. Gereja yang sadar sebagai pendosa adalah Gereja yang mampu memandang kerahiman Allah itu sebagai sumber kekuatan untuk memulai hidup yang baru.
Sakramen tobat pada tempat yang ketiga kita hayati sebagai upaya kita untuk menata kembali hidup kita yang carut marut karena berbagai kelalalaian, kelemahan dan dosa. Berbagai kelalaian dan kelemahan menyebabkan suara hati kita tumpul atau kurang peka terhadap bisikan Allah. Dosa sebagai keputusan sengaja melawan hati nurani memisahkan kita Allah, Gereja dan sesama serta lingkungan sekitar kita. Penataan kembali hidup kita melalui Sakramen Tobat berarti pemulihan kembali kepekaan hati dan relasi kita yang telah terputus itu. Kita dapat berusaha untuk pemulihan itu dengan berpikir secara positif dan melakukan hal-hal baik kendati sangat sederhana. Pemulihan tidak hanya menghindar dari yang salah, tetapi lebih baik jika dimaknai berusaha melakukan yang baik. Keterarahan kepada hal yang positif akan membina sikap hati untuk terarah pada Allah.
Godaan kita untuk enggan menyambut Sakramen Tobat selalu akan timbul setiap saat dalam berbagai bentuk. Kita dicobai untuk tidak merasa punya salah apapun. Kita dicobai untuk merasa malu kepada Romo yang melayani sakramen itu karena kita kenal beliau. Kita merasa tak enak dianggap orang sok suci, dll. Kalau tetap kalah dengan godaan semacam itu, berarti kita belum sungguh percaya Allah maha pengampun. Juga belum sadar benar bahwa kita selalu dinanti olehNya untuk hidup dalam damai sejahtera bersamaNya. Tiga hal patut kita pupuk dalam diri kita masing-masing : Terus berusaha untuk memahami bahwa Allah sungguh murah hati untuk mengampuni, terus berusaha untuk membangkitkan kerinduan dan keinginan hati bersatu mesra dengan Dia dan membina hidup kita senantiasa layak di hadapanNya. Menyambut Sakramen Tobat adalah menyambut uluran kasih Allah yang memberi damai sejahtera lahir batin. Sambutlah sakramen ini dengan gembira.
-JAP-
-JAP-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar