Minggu, 09 Oktober 2011

WARTA - Edisi Oktober 2011

MENYAMBUT HARI JADI PAROKI

          Sejak bulan Februari 2011 kita telah bergerak bersama untuk merayakan ulang tahun paroki kita. Tibalah saatnya kita sekarang masuk pada perayaan syukur hari jadi itu. Tujuh puluh lima tahun yang lalu, pada tanggal 18 Oktober Gereja Paroki kita diresmikan oleh Mgr. A. Albers O.Carm. Peresmian gedung Gereja ini menandai sekaligus penetapan berdirinya paroki dan awal perutusan kepada umat untuk menjadi terang, garam dan ragi di tengah masyarakat. Secara berkesinambungan dari beberapa generasi, kita telah mengamalkan amanat itu selama tiga windu dan terus diberi kekuatan untuk meneruskannya sampai akhir jaman nanti. 

          Berdasarkan tema ulang tahun paroki, kita dapat membuat tahapan dari perjalanan sejarah paroki kita, paling kurang menjadi 3 periode, yakni periode sebelum ditetapkan menjadi paroki, periode awal perkembangan paroki dan periode pemantapan hidup berparoki. 

          Periode sebelum ditetapkan menjadi Paroki dapat dengan tegas dilacak mulai tahun 1923. Pada tahun itu, Ordo Karmel datang ke Malang untuk menggantikan tugas misi dari para Romo Yesuit. Setelah memantapkan pusat misi di Malang, tahun 1926 Ordo Karmel merintis pusat misi kedua di Probolinggo. Salah satu buahnya pada tahun 1928 umat Katolik di Jember sudah dapat diresmikan menjadi paroki. Umat Katolik di Bondowoso sejak tahun itu menjadi stasi dari paroki Jember. Jumlah umat masih sedikit, sebagian besar berkebangsaan Eropah. Tahun 1933 mulai direncanakan pembangunan gedung Gereja oleh sejumlah umat, termasuk Bp. FX. Brodjo Marsono, sebagai tokoh katolik pribumi yang sudah dikenal pada waktu itu. Pembangunan berlangsung sekitar tiga tahun dan pada tanggal 18 Oktober 1936 diresmikan. 

        Peresmian paroki kita berurutan waktunya dengan peresmian Paroki St. Albertus Blimbing dan Paroki St. Maria Ratu Damai Lumajang. Ini menyiratkan besarnya semangat misi pada jaman itu. Dengan peresmian berdirinya paroki berarti Gereja hadir untuk melayani masyarakat setempat menuju keselamatan dalam Kristus. 

         Satu bentuk nyata dari pelayanan yang dipilih oleh Gereja adalah mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan. Empat tahun sesudah paroki diresmikan, pelayanan melalui pendidikan mulai dirintis oleh Rm. Viester O.Carm, dengan mendirikan taman kanak-kanak. Namun karena kedatangan tentara Jepang pada tahun 1942, sekolah rintisan ini terpaksa ditutup dan baru dimulai lagi tahun 1951. Pada tahun itu dimulai lagi pelayanan pendidikan tidak hanya taman kanak-kanak, tetapi juga sekolah dasar. Inilah awal dari TKK Indra Rini dan SDK Indra Siswa yang kita kenal sekarang. Melalui pendidikan, Gereja berjuang untuk mencerdaskan masyarakat, membuka diri untuk dikenal dan mewartakan Injil. 

         Periode perkembangan awal selain ditandai dengan merintis pelayanan melalui sekolah, juga ditandai dengan berdirinya beberapa paguyuban umat. Paguyuban yang dapat disebut pada awal perkembangan antara lain : Ikatan Warga Katolik yang dimulai tak lama setelah Kemerdekaan, Panggrukti Loyo, Komunitas para suster SPM sejak 1958, WKRI dan Pemuda Katolik, yang dimulai sekitar tahun enampuluhan, serta Legio Maria. Paguyuban-paguyuban ini berperan selain mempersatukan umat Katolik di wilayah Bondowoso, juga membantu para gembala dalam pelayanan internal dan eksternal paroki. Ikatan Warga Katolik dapat dikatakan menjadi cikal bakal dari Dewan Pastoral Paroki dewasa ini. Periode awal perkembangan menyiapkan umat paroki untuk makin mantap dalam membangun paguyuban, liturgi, pewartaan, pelayanan dan kesaksian. Meskipun dalam periode ini gembala paroki sering merangkap tugas dengan melayani paroki Situbondo atau Jember, namun kemajuan demi kemajuan dapat dicapai berkat ketekunan dan kebersamaan umat di sini. Pelayanan gembala yang merangkap tugas di dua paroki di satu pihak merupakan kekurangan, namun di pihak lain membawa hikmah memandiri kan umat dalam berbagai aspek. Satu ciri khas yang dapat ditangkap di paroki kita adalah kemampuan untuk mandiri karena keterbatasan ini. Karenanya betapa penting bagi kita untuk berorientasi pada pembinaan keluarga-keluarga sebagai tempat persemaian benih panggilan menjadi imam, biarawan dan biarawati agar kita dapat menyumbangkan tenaga pelayanan di ladang Tuhan. 

Selain lahirnya sejumlah paguyuban, pada periode awal perkembangan ini juga terjadi sesuatu yang cukup istimewa di paroki kita. Tahun 1958, tepatnya pada tanggal 1 April, paroki Bondowoso dimekarkan menjadi dua paroki. Situbondo yang sebelumnya menjadi Stasi Bondowoso, pada tanggal dan tahun itu diresmikan menjadi paroki. Pada usianya yang ke 22 tahun, Bondowoso telah membidani lahirnya paroki baru. 


Periode pemantapan melanjutkan perkembangan awal dengan aksentuasi pada penataan berbagai aspek hidup bersama dan pengembangan tradisi berparoki. Seiring dengan pertambahan jumlah umat, sekitar tahun tujuhpuluhan akhir mulai dilakukan penataan wilayah paroki menjadi kring dan stasi. Hal ini sekaligus juga menyangkut pelayanan misa bagi umat setempat dan pengembangan kepemimpinan umat. Pembenahan-pembenahan sarana dan prasarana di paroki juga menjadi satu tanda pemantapan sedang berlangsung. Dengan pembenahan atau bahkan pembangunan sarana baru, berarti ada kebutuhan-kebutuhan baru dalam pelayanan umat yang semakin kompleks yang perlu ditanggapi. 

          Satu hal lain yang tak dapat diabaikan dalam periode pemantapan ini adalah berkembangnya jejaring antar paroki. Selain dalam jejaring tingkat regio di regio timur keuskupan Malang, paroki kita dalam perkembangan waktu juga masuk dalam jejaring yang disebut Dekenat. Dekenat menekankan kerjasama antar gembala paroki dalam melaksanakan tugas pastoral, namun kemudian meluas jangkauannya dalam kerjasama antar penggerak umat dan orang muda. Selain memberikan daya dorong untuk berkembang lebih maju, jejaring dengan paroki lain memberi ruang yang luas untuk perjumpaan-perjumpaan antar umat sehingga jalinan persaudaraan menjangkau lingkup yang lebih luas. 

          Dengan menyadari sejarah itu, perayaan ulang tahun paroki ke 75 ini patut kita rayakan dengan penuh syukur : 

  1. Perayaan ini menjadi perayaan seluruh umat paroki, perayaan tiap keluarga. Undanglah handai tolan, sahabat, anak-anak yang ada di luar paroki untuk hadir sejenak menikmati kebersamaan di hari peringatan puncak. Hayati kebersamaan ini sebagai suatu berkat.
  2. Hadirkan satu kesaksian kepada masyarakat, hidup iman dalam Kristus menuntun kita kepada kedewasan sejati. 

AGENDA INTI BULAN OKTOBER 


1. Doa Rosario setiap pk. 17.30 di depan gua Maria di kompleks Gereja Paroki, kecuali Selasa 4 Oktober dan Selasa 18 Oktober.
a. Untuk kelancaran seluruh kegiatan puncak HUT 75 Tahun Paroki
b. Untuk kesejahteraan seluruh keluarga umat paroki
c. Untuk berbagai intensi pribadi
2. Latihan Petugas Liturgi dan Pengisi acara Resepsi
a. Latihan koor, misdinar, petugas persembahan, pengatur umat,
b. Latihan para partisipan untuk mengisi acara resepsi.
c. Persiapan-persiapan perlengkapan dan prasarana acara puncak.
3. Misa Meriah HUT 75 Tahun, Selasa, 18 Okt 2011, Pk. 16.30 
  • Misa meriah dipimpin oleh Bapak Uskup Malang dan Para Romo yang pernah berkarya di paroki kita,  Para Romo Deken, dll. 
  • Misa Meriah untuk seluruh umat. Aturlah jadwal agar dapat hadir dalam misa ini tepat waktu. 
  • Setelah misa dilanjutkan Resepsi di Aula Paroki. Semua diundang untuk mengikuti acara Resepsi hingga tuntas.

4. Jalan-Jalan Sehat, Minggu, 23 Oktober 2011, Pk. 05.30 
a. Misa Paroki hanya 1 x pada hari SABTU, 22 OKTOBER, 17.00
    Tidak ada Misa Minggu Pagi dan Misa Stasi !
b. Start dan Finish di halaman Gereja.
c. Kupon disediakan di pengurus Lingkungan / Stasi / Pastoran. 
Ajak teman, kenalan, sahabat untuk memeriahkan JJS kita. SATU HATI SEHAT JASMANI.