Sabtu, 25 Februari 2012

WARTA PRAPASKAH I


Mengokohkan Paguyuban
Masa Prapaskah merupakan kesempatan untuk menjalani Retret Agung. Kita mengkhususkan waktu selama 40 hari untuk lebih meningkatkan hidup doa, pendalaman iman dan matiraga, dengan harapan kita menjadi lebih siap menyambut hari Kemenangan Salib, pada perayaan Paskah. Waktu 40 hari mengingatkan kita peristiwa ketika Yesus berada dipadanggurun sebelum memulai karyaNya di depan umum. Angka 40 itu juga mengingatkan kita perjalananIsraelmelintasipadanggurun menuju tanah Terjanji. Demikianlah selama 40 hari kita mengaktualisasikan kembali pengalaman rohani Yesus dan bangsaIsraeldalam perjalanannya menuju Kanaan.
Pendalaman tema APP Minggu Pertama Prapaskah berbicara tentang Gerakan Mengokohkan Hidup Paguyuban. Tema ini merupakan penjabaran pertama dari tema besar APP 2012 : Panggilan dan Tanggungjawab mewujudkan kesejahteraan umum.
Gerakan memperkokoh hidup paguyuban kita pilih tidak sekedar reaksi terhadap situasi aktual masyarakat kita yang terkotak-kotak, yang sering mudah bersengketa dan saling curiga. Gerakan ini kita pilih sebagai perwujudan panggilan dan tanggungjawab kita untuk menyejahterakan masyarakat karena alasan dasar dari teladan hidup Yesus sendiri. Kita dipanggil untuk meyakini, Yesus telah memberi landasan yang kokoh bagi hidup paguyuban kita yang dapat disharingkan untuk kerukunan hidup dalam masyarakat luas.
Satu hal yang mendasar untuk hidup paguyuban kita ialah bahwa Yesus senantiasa hadir di tengah kita. Dalam Kitab Suci dikatakan : Jika ada dua atau tiga orang berhimpun dalam namaKu, Aku hadir di tengah-tengahmu.  Ia hadir sebagai gembala bagi kawanan, dan kepala bagi Tubuh.KiniIa tetap berada di tengah kita dengan kehadiran Roh Kudus.
Kehadiran Yesus di tengah kita memberi satu identitas bahwa kita adalah terang dunia. “ Kamu adalah terang dunia. Hendaknya terangmu itu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Surga. “ ( Mat 5 : 14.16. ). Dengan ini mau dikatakan Yesus menyatakan paguyuban kita mampu menjadi kekuatan yang memberi pengaruh positif    kepada lingkungan sekitar kita.  Terang yang bercahaya itu memancarkan kebaikan dan menarik orang untuk memuliakan Allah. Tentu ini pengaruh yang relevan untuk jaman sekarang dimana yang kita temui justru pengaruh-pengaruh buruk karena kekerasan, materialisme, hedonisme, sektarianisme.
Kehadiran Yesus juga memberi satu ciri khas istimewa untuk paguyuban kita, yakni hidup dalam solidaritas kasih yang tidak mengesampingkan siapapun. Semua dicintai karena kemanusiaannya. Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;  mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah untuk orang yang mencaci kamu ( Luk 6:27-28 ). Solidaritas kasih yang ditanamkan oleh Yesus menjangkau bahkan orang-orang yang memusuhi dan membenci. Ini berarti bahwa kita mengasihi terutama karena kemanusiaan bukan karena asal-usul, suku, status, agama, dll.
Dengan dasar-dasar ini kita perkokoh kebersamaan kita sebagai paguyuban, baik sebagai umat Katolik maupun sebagai warga masyarakat. Pertanyaannya, bagaimana kita dapat mewujudkan semangat ini sebagai sebuah gerakan bersama ? Apakah yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan anak-anak di rumah supaya mereka dapat memiliki dasar kokoh untuk mengasihi sesamanya ? Apakah yang dapat dilakukan umat Lingkungan / Stasi supaya dapat memberi pengaruh positif bagi kerukunan masyarakat di sekitarnya ? Apa yang dapat kita lakukan bersama sebagai paroki agar semangat kebersamaan ini dapat berpengaruh bagi warga sekitar kita ? Sepertinya kita harus melawan arus dan berjuang dengan susah payah. Namun kita tidak perlu putus asa dan kecil hati apabila belum melihat hasil, karena semua selalu dalam proses dan perjalanan kepada kesempurnaan dalam Allah.
by JAP

Jumat, 24 Februari 2012

Agenda Kegiatan Panitia Paskah 2012

  1. Pengukuhan Panitia Paskah 2012 : Kamis, 9 Feb - pk. 19.00
  2. Pengumpulan Daun Palma lama di sekretariat : paling lambat Minggu, 19 Feb
  3. Rabu Abu : Selasa, 21 Feb pk. 18.00 dan Rabu, 22 Feb pk. 05.30
  4. Distribusi Amplop APP (Aksi Puasa) : mulai Selasa, 21 Feb dan batas Pengumpulan kembali Amplop APP : Minggu, 8 April 2012
  5. Ibadat Jalan Salib dilanjutkan Misa Kudus : setiap Jumat (24 Feb - 30 Maret)  pk. 17.00
  6. ADORASI 40 JAM : setiap hari Senin, Kamis, Jumat (24 Feb - 30 Maret) pk. 18.30 - 21.00
  7. Pendalaman Iman di Lingkungan/Wilayah : setiap Selasa (28 Feb - 20 Maret) pk. 18.00 / 18.30
  8. Pendalaman Iman di Stasi : setiap Kamis (1-22 Maret) pk. 18.00
  9. Promosi Panggilan se-Dekenat Jember : 10-11 Maret 2011 - ditunda setelah Paskah
  10. Rekoleksi di Paroki : Selasa, 27 Maret pk. 17.00
  11. Penerimaan Sakramen Tobat : Rabu-Sabtu, 28-31 Maret, pk. 17.00-selesai (Kamis & Jumat diselingi MIsa Harian pk. 18.00)
  12. Aksi Sosial ke Panti Asuhan :
  13. Minggu Palma : Minggu, 1 April pk. 07.00, diawali perarakan dari halaman SMPK
  14. Kamis Putih : Kamis, 5 April pk. 19.00, ada pembasuhan kaki
  15. Ibadat 7 Sabda / Visualisasi Jalan Salib : Jumat, 6 April pk. 07.00
  16. Jumat Agung : Jumat, 6 April pk. 15.00
  17. Malam Paskah : Sabtu, 7 April pk. 19.00
  18. HR Paskah : Minggu, 8 April pk. 07.00
  19. Persiapan Penerimaan Komuni Pertama : 9 April - 2 Juni
  20. HR Kenaikan Tuhan : Kamis, 17 Mei 2012 pk. 17.00
  21. Novena Roh Kudus : Jumat 18 Mei - 26 Mei 2012 pk.
  22. HR Pantekosta : Sabtu, 26 Mei pk. 17.00*dan Minggu, 27 Mei pk. 07.00
  23. HR Tri Tunggal Maha Kudus : Sabtu, 2 Juni pk. 17.00 dan Minggu, 3 Juni pk. 07.00
  24. HR Tubuh dan Darah Kristus :  Sabtu, 2 Juni pk. 17.00 (ada penerimaan Komuni Pertama) dan Minggu, 3 Juni pk. 07.00
  25. HR Hati Yesus Yang Maha Kudus : Jumat, 15 Jun pk. 18.00
  26. Pertanggungjawaban dan Pembubaran Panitia Paskah 2012 : Rabu, 27 Juni pk. 18.00

Rabu, 01 Februari 2012

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2012

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2 0 1 2
K E U S K U P A N M A L A N G
“Panggilan Hidup dan Tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan bersama” (Mat 25: 15-18; 20,22)
Saudara-saudari
Segenap Umat Beriman
Para Imam, Biarawan dan biarawati
di seluruh Wilayah Keuskupan Malang terkasih,
Pengantar
Saudara dan saudari yang terkasih, umat Katolik Keuskupan Malang yang sangat saya cintai. Sebentar lagi kita akan bersama-sama memasuki masa Prapaskah yang kita awali dengan liturgi Rabu Abu. Melalui misteri liturgi Rabu Abu ini kita semua diingatkan arti dan hakekat masa prapaskah sebagai “saat” retret umat. Saat dimana kita diingatkan kembali bahwa melalui gerakan puasa bersama ini kita diajak untuk setia menghadirkan Kerajaan Allah dalam gerakan doa, puasa dan pantang serta belas kasih melalui amal yang kita berikan. Melalui tema-tema yang dikembangkan oleh Panitia Gerakan APP Keuskupan Malang dalam suasana doa, pantang puasa dan amal tersebut kita diajak untuk mendalami kehendak Allah melalui tema-tema pendalaman yang sudah dipersiapkan.
“Panggilan Hidup dan Tanggungjawab” yang diangkat oleh Panitia APP merupakan penjabaran dari tema besar yaitu: “Mewujudkan Hidup Sejahtera”. Panggilan hidup dan tanggungjawab yang kita angkat sebagai tema di tahun 2012 ini merupakan penjabaran dan gerakan dari semangat APP yaitu tanggungjawab Gereja untuk dengan setia menghadirkan Kerajaan Allah. Kita menyadari kehadiran Kerajaan Allah secara nyata ketika hidup sejahtera terwujud dan bukan hanya berhenti pada idealisme atau berhenti pada pemahaman spiritualitas sosial saja, melainkan harus diwujudkan dengan nyata. Pada hemat saya kita sebagai Gereja sungguh Gereja Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini sewaktu lewat hidupnya Gereja sanggup membela kehidupan demi menghadirkan kesejahteraan hidup bagi manusia. Itulah panggilan hidup dan tanggungjawab kita sebagai Gereja.
Panggilan Hidup dan Tanggungjawab
Panggilan hidup dan tanggungjawab untuk mewujudkan hidup sejahtera pertama-tama kita mulai dengan bagaimana kita mengupayakan suasana guyub membangun Gereja dan masyarakat. Kesejahteraan hidup menjadi semakin nyata kalau diantara umat manusia tidak terjadi perpecahan dan persaingan yang tidak sehat. Sektarianisme, budaya mengagungkan kelompoknya, kepentingan diri dan golongannya, tidak menghargai golongan lain, merupakan sikap yang jauh dari rasa guyup. Guyub tidak lain adalah suatu pengalaman hidup dimana kita menyadari sebagai saudara karena kita semua ciptaan Allah. Suku, agama dan golongan adalah kehendak Allah yang kodrati dan tidak bisa kita tolak melainkan kita letakkan sebagai kebersamaan dalam perbedaan. Untuk mencapai suasana tersebut sebagai umat Katolik pertama-tama menghayati suasana guyub dalam komunitas basis gerejani. Kuatnya rasa dan suasana guyub dalam kehidupan umat katolik pasti akan mempengaruhi suasana dan rasa guyub dalam kehidupan komunitas basis insani. Sebab Gereja ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sangat majemuk.
Suasana dan rasa guyub yang merupakan wujud iman Gereja karena kita semua dipersatukan dalam Ekaristi hendaknya memberikan buah-buah yang nyata. Ekaristi sebagai sumber dan dasar paguyuban Gereja menjadi sebuah ekaristi yang hidup, kalau kita yang dipersatukan melalui Ekaristi tersebut rela berbagi. Cinta kasih Yesus yang terungkap dengan nyata dalam pemecahan dan pembagian Roti Hidup itulah yang menjadi dasar bahwa masing-masing dari kita yang dipersatukan denganNya mempunyai kewajiban untuk berbagi. Berbagi hendaknya merupakan buah-buah paguyuban yang dipersatukan dalam misteri Ekaristi.
Pengalaman Hidup Saat Ini
Saudara dan saudari yang terkasih, pengalaman kehidupan saat ini semakin mempertegas kita semua bahwa budaya berbagi bukan hal yang mudah kita lihat. Ada kecenderungan bahwa diantara kita menjadi orang-orang yang serakah dan begitu memikirkan diri sendiri. Padahal semakin nyata bahwa dihadapan kita banyak ditemukan pengalaman hidup yang sangat memprihatinkan dan jauh dari kehendak Allah sendiri, seperti kemiskinan, kehancuran lingkungan hidup, ketidakberdayaan buruh karena sistem kapitalis, dan masih banyak lagi yang lain. Pengalaman iman dan pemaknaan Ekaristi menjadi semakin hidup dan subur dalam pengalaman iman Gereja, kalau membentuk dan menggerakkan kita semua untuk menjadi pribadi yang peka dan terlibat serta berpartisipasi untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Kesadaran ini akan semakin bertumbuh, kalau kita kembali pada makna dasar dari Ekaristi itu sendiri yaitu kasih yang mau berkorban dengan tidak memikirkan diri sendiri atau golongannya. Melalui Ekaristi itulah kita diajak untuk berpartisipasi bersama Yesus dalam cinta kasihNya untuk membebaskan manusia dari keterpurukan dan dosa.
Saudara dan saudari yang terkasih, kesadaran dan tanggungjawab penghadiran Kerajaan Allah di dunia dengan mengupayakan kesejahteraan hidup juga menuntut kehendak baik dan kerjasama manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya dan ciptaan lainnya. Kesadaran inilah yang semakin menguatkan pengalaman iman kita akan karya keselamatan; karya Kerajaan Allah sudah ada meski belum sempurna. Perjumpaan antara Rahmat Allah dengan usaha manusia itulah yang akan membuahkan karya keselamatan. Maka tidaklah berlebihan kalau kesejahteraan hidup manusia akan menjadi semakin jelas dan nyata ketika sebagai orang beriman kita merasa bertanggungjawab untuk mewujudkannya serta rela untuk saling kerjasama. Kerjasama yang tulus dan ikhlas diantara kita dan bersama kehendak Allah akan membuahkan tata keselamatan. Untuk mencapai budaya kerjasama dan bertanggungjawab tentu dibutuhkan semangat pertobatan dan kerendahan hati.
Komitmen Gereja akan kesejahteraan Hidup
Ditegaskan dalam Dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes, Gereja sadar dirinya merupakan persekutuan murid-murid Yesus yang diutus mewartakan keadilan, kedamaian, dan kebebasan kepada sesama menurut cita-cita terciptanya keutuhan alam lingkungan hidup. Dasar perutusan itu ialah iman, Kepercayaan, dan pembabtisan. Kita menjadi ciptaan baru, dipenuhi dengan Roh Kudus. Anugerah kasih mendorong kita untuk mencari bentuk baru hubungan kita dengan Allah, keluarga Allah dan semua ciptaan. Bentuk baru hubungan yang dibangun diharapkan mendatangkan kesejahteraan hidup bagi semua orang yang bersahabat dengan lingkungan seluruh ciptaan.
Dalam kenyataannya, hubungan antar manusia dengan sesamanya cenderung saling berebut kebenaran, kekuasaan dan harta kekayaan. Sedangkan dengan alam ciptaan, manusia menguras habis-habisan tanpa rasa sayang, bahkan tanpa memikirkan nasib anak cucu dan nasib generasi berikutnya. Manusia telah membunuh bumi ini makin lama-makin cepat. Pada gilirannya terjadilah bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, angin rebut, keracunan gas alam, dan sebagainya. Dampak yang lebih jauh, masyarakat miskin semakin tidak berdaya menghadapi situasi hidupnya, bahkan mereka kehilangan sanak-saudara dan harta miliknya yang sedikit.
Penutup
Kesadaran akan dampak perubahan iklim dan tantangan hubungan manusiawi, mendorong kita untuk membangun persahabatan dan persaudaraan. Persahabatan ini dapat kita ungkapkan melalui pembelajaran bersama, bagaimana hidup dan kehidupan yang berpangkal dalam budaya “Gotong Royong” mampu menggerakkan serta membangkitkan kesadaran kristiani demi kesejahteraan bersama. Berbagai upaya pengembangan yang kita renungkan dan kerjakan mengarahkan kita kepada kemajuan dan kesucian pribadi dalam kebersamaan dengan sesama di dalam kerangka kesejahteraan bersama.
Masa Puasa atau Prapaskah sebagai masa rahmat istimewa dalam kehidupan kita sebagai umat beriman Katolik senantiasa menyadarkan kita akan perutusan untuk menjadikan kita murid-murid sejati dari Kristus. Kesadaran ini kiranya memacu kita untuk rela dan berani bekerjasama demi keseimbangan hidup yang terungkap dalam kesejahteraan bersama. Panggilan iman Kristiani ini mendorong kita untuk mengutamakan peran talenta kita demi kesejahteraan rohani dan jasmani bersama dalam tanggungjawab kita sebagai mitra kerja Allah kepada semua.
Selamat memasuki masa Puasa prapaskah dengan hati terbuka.  Tuhan Memberkati
Malang, Februari 2012
Uskup Keuskupan Malang
Msgr. Herman Joseph Pandoyoputro O. Carm